19 Nov 2013

Genosida Pertama Bangsa Eropa

Salah satu peristiwa yang sangat tragis dalam sejarah Islam adalah hilangnya al-Andalus, atau Muslim Spanyol. Selama berabad-abad, Semenanjung Iberia adalah wilayah Muslim dengan penguasa Muslim dan penduduk Muslim.

Pada puncaknya, Iberia memiliki lebih dari 5 juta Muslim, dan menjadi mayoritas di Spanyol. Penguasa Muslim membangun sebuah peradaban maju berdasarkan iman dan pengetahuan. Dalam tahun 900, ibukota Muslim Spanyol, Kordoba, memiliki jalan beraspal, rumah sakit, dan lampu jalan. Pada saat itu, perpustakaan terbesar Kristen Eropa hanya memiliki 600 buku, sementara ahli kaligrafi Kordoba memproduksi 6000 buku per tahun. Masyarakatnya adalah campuran damai budaya Eropa dan Afrika, yang diwakili oleh Muslim, Yahudi, dan Kristen yang hidup harmonis berdampingan.


Namun masyarakat hampir utopis tidak bertahan selamanya. Hadirnya, Reconquista - penaklukan kembali wilayah Iberia oleh kerajaan Kristen - yang dijalankan raja Katolik dari abad ke-11 hingga abad ke-15, membuat umat Muslim Spanyol menjadi kelompok marjinal. Pada tahun 1492, ketika Granada - wilayah muslim terakhir di Iberia -, jatuh. Muslim Spanyol menghadapi realita baru: genosida.

Kristenisasi

Setelah Granada jatuh pada tahun 1492, sebagian besar umat muslim berharap ini hanya kemunduran kecil. Mereka berpikir tentara Muslim dari Afrika akan segera datang untuk menebus hilangnya Granada dan membangun kembali sebuah negara Muslim. Namun penguasa baru Spanyol, raja Ferdinand dan ratu Isabella, punya rencana lain.

Mereka menginginkan Spanyol hanya menganut Kristen. Pada bulan Maret 1492, raja Spanyol menandatangani sebuah dekrit yang memaksa setiap orang Yahudi untuk masuk Kristen atau di deportasi keluar negara. Ratusan ribu orang Yahudi memilih keluar dari Spanyol, dan Kekaisaran Ottoman menerima sebagian besar dari mereka. Sultan Bayezid II dari Kekaisaran Ottoman mengirim angkatan laut ke Spanyol untuk menjemput dan membawa mereka ke Istanbul, guna menghindari pembunuhan massal bangsa Yahudi di Spanyol.

Kebijakan Spanyol terhadap umat Islam tidak jauh berbeda. Pada tahun 1492, ada sekitar 500.000 Muslim di seluruh Spanyol. Gereja Katolik menjadikan prioritas untuk mengkonversi mereka semua ke Kristen, sebab  mereka sudah tidak memiliki perlindungan lagi dari penguasa Islam.

Upaya pertama untuk pemurtadan Muslim ke Kristen adalah melalui penyuapan. Mereka yang bersedia pindah ke agama Kristen diberikan hadiah, uang, dan tanah. Pendekatan ini terbukti tidak berhasil, karena kebanyakan dari mereka "bertobat" dan segera masuk Islam setelah mendapatkan hadiah.

Pemberontakan

Semua semakin jelas di akhir tahun 1400-an, bahwa Muslim Spanyol lebih memilih mempertahankan agama mereka ketimbang kekayaan. Penguasa Spanyol kemudian mengambil pendekatan baru. Pada 1499, Francisco Jimenez de Cisernos, seorang kardinal Gereja Katolik dikirim ke selatan Spanyol untuk "mempercepat" proses konversi.

Pendekatannya adalah melecehkan umat Islam sampai mereka bertobat. Semua pustaka yang ditulis dalam bahasa Arab dibakar (kecuali pustaka medis). Muslim yang menolak untuk pindah agama dikirim ke penjara secara sewenang-wenang. Mereka disiksa dan harta mereka disita dalam upaya untuk meyakinkan mereka untuk murtad. Ini semua bagian dari kebijakan Cisernos bahwa, "jika orang-orang kafir [Muslim] tidak bisa ditarik ke jalan keselamatan, mereka harus diseret ke sana."

Penindasan dan pelecehan segera memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan untuk raja Kristen Spanyol. Muslim Spanyol melawan penindasan mulai berani melakukan pemberontakan terbuka. Muslim Granada terutama secara terbuka memprotes di jalan-jalan dan mengancam akan menggulingkan kekuasaan Katolik penindas dan menggantinya dengan negara Islam baru. Raja Spanyol dan ratu dengan cepat campur tangan bersama dengan Cisernos. Mereka memberi pemberontak Granada pilihan, pindah agama atau kematian. Hampir semua warga Granada memilih untuk "murtad" di luar, tapi diam-diam terus menjadikan Islam sebagai agama sejati mereka.

Islam Di Cap Agama Ilegal

Di pedesaan, kota-kota Muslim di seluruh Granada bangkit memberontak. Mereka berlindung di batuan pegunungan Alpujarras di selatan Spanyol, menyulitkan pihak berwenang Kristen untuk membasmi mereka. Para pemberontak tidak punya rencana yang jelas atau memiliki pemimpin utama. Mereka bersatu dalam keyakinan mereka dalam Islam dan perlawanan terhadap kekuasaan Kristen.

Karena hampir semua penduduk Granada adalah Muslim, pemberontakan mengambil strategi bertahan. Tentara Kristen secara teratur menyerang kota-kota Muslim dalam upaya untuk memaksa warga ke untuk pindah agama. Para gerilyawan Muslim, tidak dilengkapi dengan persenjataan yang lengkap atau terlatih seperti tentara Kristen, karena itu tidak selalu mampu sukses melakukan serangan. Pembantaian dan konversi paksa di desa-desa terus berlanjut.

Pada 1502, pemberontakan telah mereda dan Ratu Isabella resmi mendeklarasikan berakhirnya toleransi untuk setiap dan semua Muslim di Spanyol. Dengan demikian, semua Muslim harus resmi masuk Kristen, meninggalkan Spanyol, atau mati. Banyak yang bahkan melarikan diri ke Afrika Utara atau bertempur sampai mati. Namun, sebagian besar resmi menjadi Kristen, sambil tetap menyembunyikan keyakinan mereka yang sebenarnya.

Moriscos

Populasi Muslim Spanyol bergerak di turun pada tahun 1502. Mereka harus menyembunyikan iman dan aktivitas ibadah mereka dari pihak berwenang Spanyol guna menghindari ancaman pembunuhan. Umat muslim yang memilih untuk masuk "kristen" namun tetap menyembunyikan keyakinan utama mereka (Islam) dalam sejarah dikenal dengan sebutan Moriscos.

Pejabat pemerintah Spanyol mengawasi ketat Moriscos untuk memastikan mereka tidak diam-diam mempraktikkan Islam. Morisco harus membuka pintu rumah mereka pada Kamis malam dan Jumat pagi, sehingga prajurit dapat lewat dan melihat ke dalam untuk memastikan mereka tidak mandi. Mandi merupakan hal yang biasa umat Muslim lakukan sebelum mengikuti shalat Jumat.

Setiap Muslim tertangkap membaca Al-Qur'an, atau berwudhu, dapat dibunuh. Umat muslim dipaksa untuk menemukan suatu cara agar dapat menjalankan ibadah secara diam-diam dalam suasana teror penguasa Kristen.

Dalam keadaan sulit seperti itu, Moriscos tetap dapat mempertahankan keyakinan mereka selama beberapa dekade. Sementara kegiatan masyarakat Islam seperti shalat berjamaah, sedekah, dan haji/umrah dibatasi, mereka tetap mampu untuk beribadah secara rahasia.

Genosida

Meskipun Moriscos sudah berupaya menyembunyikan ibadah Islam mereka, Raja Kristen tetap mencurigai mereka masih patuh menjalankan Islam. Pada 1609, lebih dari 100 tahun setelah umat Islam bersembunyi, Raja Phillip Spanyol menandatangani dekrit pengusiran semua Moriscos dari Spanyol. Mereka hanya diberi 3 hari untuk berkemas dan pergi menggunakan kapal menuju Afrika Utara atau Kekaisaran Ottoman.

Selama waktu ini, mereka terus-menerus diganggu oleh orang Kristen, yang menjarah barang-barang mereka dan menculik anak-anak Muslim untuk dijadikan sebagai orang Kristen. Beberapa Moriscos bahkan dibunuh untuk permainan oleh tentara dan warga biasa, ketika dalam perjalanan menuju pantai.

Bahkan ketika sampai ke kapal-kapal yang akan membawa mereka ke "tanah baru", mereka tetap dilecehkan. Mereka diminta untuk membayar sendiri ongkos pengasingan. Selain itu, banyak dari mereka diperkosa, dibunuh, dan harta yang dibawa ke kapal dicuri.

Intoleransi agama ini secara efektif dapat diklasifikasikan sebagai genosida dan terorisme. Pemerintah Spanyol sangat jelas memperlihatkan keinginan mereka untuk mengganggu dan membuat sengsara hidup Muslim Spanyol, bahkan ketika mereka hendak meninggalkan Spanyol.

Sebagian besar Morisco berharap mereka bisa tinggal di Spanyol. Ini tanah air mereka selama berabad-abad dan mereka tidak tahu bagaimana hidup di tanah baru. Bahkan setelah pengusiran, banyak yang mencoba untuk menyelinap kembali ke Spanyol dan kembali ke bekas rumah mereka. Upaya ini hampir selalu gagal.

1614

Tahun 1614 setiap Morisco telah pergi, dan Islam menghilang dari Semenanjung Iberia. Dari yang awalnya berjumlah lebih dari 500.000 orang menjadi nol hanya dalam 100 tahun. Ini hanya dapat digambarkan sebagai genosida.

Walau biarawan Portugis Dominika, Damian Fonseca, menyebut pengusiran ini sebagai "Holocaust yang menyenangkan". Efeknya pada Spanyol adalah kuburan. Ekonominya sangat menderita, sebagaian besar dari angkatan kerja hilang, dan penerimaan pajak turun.

Di Afrika Utara, penguasa Muslim berusaha untuk menyediakan bantuan bagi ratusan ribu pengungsi, tetapi dalam banyak kasus, tidak dapat berbuat banyak untuk membantu mereka. Morisco dari Afrika Utara menghabiskan berabad-abad mencoba untuk melebur ke dalam masyarakat, namun dengan tetap mempertahankan identitas unik Andalusia mereka.

Daftar Pustaka:

Carr, Matthew. Blood and Faith: The Purging of Muslim Spain. New York: The New Press, 2009. Print.

Ochsenwald, W., & Fisher, S. (2003). The Middle East: A History. (6th ed.). New York: McGraw-Hill.

3 komentar:

  1. saya pernah membaca sebuah novel yang juga mengisahkan genosida ini.. judulnya Granada..
    dulu, ketika saya masih SD, saya benar-benar ingin pergi ke Andalusia karena di sanalah perpustakaan pertama di bangun.. Islam yang membuatnya. Tapi, sekarang masih adakah?

    BalasHapus
  2. saya pernah dengar, katanya April Fool Day (April mop) itu berawal dari peristiwa ini, ya...

    BalasHapus
  3. eropa memang punya masa kejayaan Islamnya sendiri ya dan kebanyakan mereka tidak mau membuka sejarah itu dan menyebutkan abad pertengahan yang kelam.

    BalasHapus

Berkomentarlah yang baik dan sopan serta tidak mengandung link terlarang. FYI terhitung sejak 27 Mei 2014 R10 membuka kembali kotak komentar setelah bersih-bersih blog dengan menghapus 1000 lebih posting menjadi hanya sekitar kurang dari 300 pos.

Ini karena R10 ingin blog ini bersih dan hanya posting hal yang dirasa bermanfaat.

Mohon maaf bila tak semua blog R10 kunjung balik. Sesempat waktu yang dimiliki saja.

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.