19 Feb 2012

1453 - Pembebasan Konstantinopel - Bagian 1: Visi Rasulullah

Pembebasan Konstantinopel
Ide dasar membuat kisah pembebasan Konstantinopel adalah dari film Fetih 1453. Berdasarkan situs IMDB film ini akan beredar di Indonesia pada tanggal 16 Februari 2012. Namun hingga tanggal 17 Februari 2012 belum juga ada kabar pasti kapan film ini beredar di Indonesia. Beginilah bila jaringan bioskop dikuasai Grup 21 dan Blitz -_____- Jadi daripada menunggu itulah R10 berpikir mengapa tidak memposting entri tulisan tentang pembebasan Konstantinopel? Berhubung kisahnya sangat panjang, tulisan Pembebasan Konstantinopel akan dibagi beberapa bagian, perkiraan awal akan ada 6-8 bagian diambil dari kultwit-nya ustadz Felix Siauw.


Pertempuran Khandaq/Al-Ahzab Dan Visi Rasulullah

Tahun ke-5 Hijriyah atau tahun 627 Masehi. Ditengah panas terik yang membakar kaum muslimin menggarit parit sejauh 8 kilometer di selatan Madinah. Ketika itu 10.000 pasukan kafir Quraisy mengepung Madinah. Al Quran [Quran 33:9-32] mengambarkan perang ini sebagai perang tersulit, keimanan kaum muslimin diuji, dan akhirnya orang munafik banyak yang memilih mundur, kabur atau malah kufur.

Ketika para sahabat sedang menggali pasir, terdapat bongkahan batu keras yang tidak dapat dihancurkan. Salman al-Farisi kemudian memberitahukan hal ini kepada Rasulullah. Kemudian Rasulullah yang menghancurkannya dengan kapak sebanyak 3 kali dan bertakbir. Setiap kali Rasulullah mengayunkan kapaknya menghantam batu, muncul kilatan cahaya.

Para sahabat yang keheranan dengan hal ini bertanya, "Kenapa engkau bertakbir dan apa kilatan sinar yang kami lihat tadi?" Rasul menjawab, "Sinar kesatu, Allah akan menaklukkan Yaman untukku, Sinar kedua, Allah akan menaklukkan Syam dan negeri (barat; Romawi) untukku. Sedangkan sinar ketiga, Allah menaklukkan negeri (timur; Persia) untukku."

Saat itu Romawi dan Persia adalah dua bangsa adikuasa. Sudah barang tentu pernyataan Rasulullah ditertawakan Yahudi. Namun sebaliknya dengan para sahabat. Mereka sangat gembira dengan pernyataan Rasul. Sambil membayangkan istana putih Romawi dan istana merah Persia mereka kembali melanjutkan penggalian parit. Di saat-saat jeda penggalian parit, para sahabat kembali bertanya kepada Rasulullah. "Ya Rasulullah, yang mana akan kita taklukkan lebih dulu, Konstantinopel atau Roma?"

"Kotanya Heraklius akan di-futuh (dibuka) terlebih dahulu (konstantinopel)," jawab Rasul.

Jawaban Rasul membuat para Yahudi menertawakannya, mereka terus-menerus mengoloknya. "Pantas saja muslim gila, pemimpinnya pun begitu!" Itulah perbedaan Yahudi dengan kaum Muslimin. Yahudi perlu melihat dulu baru meyakini, sedangkan kaum muslimin meyakini lalu melihat. Bisyarah - kabar gembira dari Allah dan Rasul-Nya adalah milik kaum muslimin yang meyakininya.

Rasulullah kemudian melanjutkan, "Konstantinopel pasti akan ditaklukkan kalian, sebaik-baiknya panglima adalah panglima penaklukan itu, dan sebaik-baiknya pasukan adalah pasukan itu."

Hadits Rasulullah tersebut mengobarkan semangat kaum muslimin mulai dari sahabat-tabiin-tabiut tabiin berlomba dalam mencapai gelar mulia 'Al-Fatih' - sang penakluk. Diantaranya Abu Ayyub al-Ansari sang pemegang bendera perang nabi (80th), Yazid bin Muawiyah, Maslamah bin Abdul Malik (Khilafah Umayyah), Harun Al-Rasyid, Sultan Beyazid, Sultan Murad II (Khilafah Abbasiyyah). Mereka semua gagal atau gugur di depan gerbang benteng Konstantinopel.

Abu Ayyub al-Ansari yang berumur 80 tahun - dan tak pernah absen dalam berjihad kecuali sekali saja - misalnya sangat berharap dapat ikut bergabung kedalam pasukan yang menaklukan Konstantinopel. Namun apa daya Allah telah memanggilnya sebelum keinginannya tercapai. Akhirnya Abu Ayyub al-Ansari berpesan, "Makamkanlah mayatku di kaki terdepan pasukan Muslim...sejauh yang kalian mampu...agar tunai janjiku pada Rasulullah bahwa aku ingin mendengar gemerincing pedang dan derap kuda penaklukan Konstantinopel." Yazid bin Muawiyah kemudian memakamkan mayat sahabatnya itu tepat di tembok Konstantinopel.

Abu Ayyub al-Ansari dimakamnya seolah terus menerus memanggil kaum Muslim sejak saat itu, "Mana pemuda Muslim? Umurku 80 tahun dan aku terbaring disini!"

Konstantinopel: Gerbang Dunia Barat Dan Timur

Konstantinopel

Selama abad pertengahan Konstantinopel merupakan kota terbesar dan termakmur di Eropa. Konstantinopel didirikan oleh Kaisar Romawi Konstantinus I di atas situs sebuah kota yang sudah ada sebelumnya, Bizantium, yang didirikan pada permulaan masa ekspansi kolonial Yunani, kemungkinan besar sekitar 671-662 SM. Konstantinopel sendiri diperkirakan dibangun selama 6 tahun dan diresmikan pada 11 Mei 330 M. Konstantinopel terletak di jalur darat dari Eropa ke Asia, dan jalur laut dari Laut Hitam ke Laut Mediterania, serta memiliki sebuah pelabuhan yang besar dan masyhur di Tanduk Emas.

Kuda perunggu Alexander 

Napoleon memujinya dengan mengatakan bahwa seandainya dunia adalah sebuah negara, maka Konstantinopel adalah ibukotanya. Konstantinopel juga dijuluki 'Roma Baru'. Tembok-tembok besar mengelilinginya. Jalannya keras dengan batu porfiri ditambah tiang-tiang marmer yang mengapitnya. Bangunan-bangunan megah yang dibangun dengan marmer bertebaran lengkap dengan monumen kemenangan.

Saat membangun Konstantinopel, Konstantin Agung benar-benar membuatnya menjadi kota yang paling diinginkan di seluruh dunia. Konstantin Agung membawa "semua" budaya Roma ke Konstantinopel. Termasuk agama Kristen, balap kereta, pemandian umum, perpustakaan. Gedung-gedungnya besar. Hagia Sophia misalnya menjadi gereja terbesar di dunia selama berabad-abad. Gereja-gereja bertebaran di dalam kota Konstantinopel, yang jumlahnya bila dihitung akan lebih banyak dari jumlah hari dalam 1 tahun. Ada juga pampasan perang, emas, perak, dan kekayaan melimpah. Obelisk, bahkan kuda perunggu Alexander terpajang disana.

Konstantin Agung seperti dengan sengaja memilih Konstantinopel di daerah yang menjadi batas Asia dan Eropa. Sehingga ia dapat mendatangkan kekayaan. Semua arus lalu lintas perdagangan dari manapun baik di darat maupun laut yang melintasi wilayah Konstantinopel akan terkena pajak. Letaknya yang strategis ini bahkan digunakan untuk menguasai apapun. Misalnya Kaisar Yustinianus I (527-565) memerintahkan agen-agennya menyeludupkan teknologi pembuatan sutra dari Cina dan mereka berhasil. Bizantium kemudian membangun sendiri industri sutranya.

Sem-Ham-Yafet Dan Kekuatan Bangsa Turki

Menurut Al Quran, nabi Nuh as memiliki 4 putra, Kanʻān, Sem, Ham, dan Yafet. Kanʻān tewas tenggelam pada saat bencana banjir besar. Ham menurunkan ras Hamit yang mendiami Afrika (Yaman, Sudan, Habasyah) dan wilayah selatan. Sem menurunkan ras Semit yang mendiami Timur Tengah (Arab, Persia, Syria, Yunani, Latin) dan Barat Dunia. Yafet menurunkan ras Yafetik yang mendiami bagian utara (Cina, Rusia, Mongoloid) dan Timur Dunia.

Ras Yafetik ini yang kemudian menjelma menjadi bangsa yang kuat, gemar berperang dan mempunyai naluri penaklukkan. Bangsa Cina menyebut mereka bangsa Xiongnu, Yunani mengenalnya sebagai bangsa Sos, sedang bangsa Barat menyebutnya sebagai bangsa Simmeria/Schytian. Orang Kristen menyebut raja Yafetik sebagai Gog dan Magog, dan Muslim mengenal mereka sebagai Ya'juj dan Ma'juj.


Allah memperingatkan bahwa Ya'juj dan Ma'juj akan menghancurkan dunia untuk kedua kalinya dan akan muncul dari tempat yang tinggi menjelang akhir jaman nanti. Rasul menjelaskan Ya'juj dan Ma'juj akan menguasai dunia dan menimbulkan kehancuran yang besar pada bumi Allah. Ketika Dzulqarnain masih ada, beliau menghalau bangsa Ya'juj dan Ma'juj ke utara dan mengurungnya dengan tembok. Firman Allah menyatakan, tembok besi berlapis tembaga yang takkan hancur sampai akhir zaman ketika mereka kembali. Namun, ketika Dzulqarnain menghalau Ya'juj dan Ma'juj, tertinggallah satu bagian dari mereka, bangsa Turki dan Monggol.

Turki berasal dari asal bahasa taraka - turika (meninggalkan - ditinggalkan), bagian dari Ya'juj dan Ma'juj. Nabi pun bersabda "tarku turka idzaa tarkukum", "tinggalkan turki selama mereka meninggalkan kalian". Rasulullah melarang peperangan terlebih dahulu dengan mereka karena menyadari potensi kekuatan Turki. Nabi juga memprediksi bahwa sepertiga Turki akan memerangi Muslim, sepertiga yg lain meninggalkan Muslim, dan sepertiga menjadi bagian Muslim.

Khalifah Utsman bin Affan ra, yang melakukan kontak pertama kalinya ke tanah orang-orang Turki dan menyeru mereka Muslim. Maka masuklah Islam dalam jumlah besar orang-orang Turki, mereka menerima Islam dan memeluknya dengan kuat. Namun saudara mereka bangsa Mongol tidak masuk Islam. Mereka tetap berkarakter sama dengan Ya'juj dan Ma'juj. Yakni berbuat kerusakan di muka bumi, berperang tanpa etika bahkan menjarah tanah saudaranya hingga menghancurkan kota-kota Khilafah Abbasiyah seperti, Bukhara, Samarkand, Balkh dan Baghdad. 

Sebaliknya dengan bani Turki semenjak kontak pertama dengan Khalifah Utsman bin Affan ra, mereka terus menjalin hubungan dengan umat muslim bahkan status mereka terus membaik. Awalnya mereka hanyalah budak Khilafah Abbasiyah, namun karena kesetiaan dan potensi militer, posisi mereka terus membaik.

Pelan namun pasti, posisi-posisi militer penting satu demi satu dipegang bani Turki, walau mereka tetap setia pada Khilafah Abbasiyah. Terlebih di satu zaman dimana Khalifah Mu'tashim mendapat banyak tentangan karena mendukung paham mu'tazilah dan mendzalimi ulama. Mu'tashim pun membangun pusat pemerintahan baru, Samara (Sarra Man Ra'a) untuk menghindari cibiran orang-orang Arab. Di kota Samara, karena curiga dengan orang-orang Arab, Mu'tashim menggunakan sebagian besar pegawainya dari bani Turki.

Begitulah Allah mempergilir kekuasaan, bani Turki yang awalnya budak berubah menjadi penguasa-penguasa militer tinggi. Atas perintah Khalifah, panglima-panglima Turki diminta pergi ke ujung barat, perbatasan dengan Byzantium, menjaga Khilafah dari ancaman. Bani Turki menjadi penguasa tanah perbatasan, dengan sumpah setia pada Khilafah Abbasiyah, dengan membangun kekuasaan di perbatasan.

Bani Saljuk terkenal dengan Sultan Alp Arslan dan Bani Ayyub terkenal dengan Salahuddin adalah keturunan Yafetik. Keturunan Yafet yang akhirnya memperkuat Islam inilah yang kita kenal nantinya dengan nama Mamalik (Mamluk). Dengan naluri perang lahiriahnya, Salahudin membuka jalan sampai ke Asia Kecil, dan Alp Arslan menguasai Asia Kecil.

Sungguh panglima-panglima Islam keturunan Turki membela Islam dengan jiwa mereka, menjadikan jihad sebagai prestasi tertinggi. Mereka hidup diatas kuda dan bertamasya dengan jihad, bercanda dibawah bayang pedang mereka. Dan dengan bangga Muslim Turki menggelari diri mereka sebagai gazi (ghazi[un]): orang yg berperang). Gazi, ksatria iman begitu mereka menggelari yang paling kuat dan paling berani diantara mereka. dan salah satu dari keturunan mereka benar-benar akan menjadi pemimpin terbaik sebagaimana bisyarah Rasulullah saw.

Bersambung.....