4 Okt 2012

WC Seluas Langit Dan Bumi

Ustadz Ahmad Sarwat memberikan pandangannya perihal masalah toilet. Ternyata pada jaman nabi toilet itu di luar ruang, bukan di dalam ruang. Oleh karena itu tidak heran bila toilet di masa Nabi Salallahu 'Alaihi Wasalam adalah seluas langit dan bumi. Yah sederhana saja, karena tidak ada dinding yang membatasinya. Sunah rasul dalam bersuci ini masih bisa dilakukan sekarang loh. Memang agak sulit kalau di dalam kota pada siang hari. Tapi pilih mana menggunakan toilet umum yang anda semua tahu kualitasnya kayak apa atau ikuti sunah rasul?


TOILET ZAMAN NABI

Toilet adalah perlengkapan rumah yang kegunaan utamanya sebagai tempat pembuangan kotoran, yaitu air seni dan feses. Toilet kadang juga disebut kloset atau WC (bahasa Inggris: water closet). Kita juga mengenal istilah "kamar kecil" untuk memperhalus penyebutan tempat tersebut.

Ada beragam jenis toilet yang dipakai orang di seluruh dunia. Ada model kloset duduk yang digunakan dengan cara mendudukinya untuk buang air besar. Biasanya model ini punya fasilitas untuk menyiram buangan setelah digunakan. Jenis ini lazim kita jumpai di Barat.

Ada juga kloset model jongkok, yaitu yang digunakan dengan cara berjongkok di atasnya untuk buang air besar. Model ini cukup lazim di Asia Tenggara, Asia Timur, China, Jepang, India, serta tentu saja di Indonesia.


Untuk istinja', air adalah media yang paling umum dipakai. Tetapi di dunia Barat, kertas toilet lazim digunakan. Yang menarik untuk dibahas, kira-kira seperti apa model dan jenis toilet yang digunakan oleh Rasulullah Salallahu 'Alaihi Wasalam? Sebuah hadits dari Aisyah radhiyallahuanha sedikit memberi informasi yang berguna:


ﺍَﺫِﺇ َﺐَﻫَﺫ ْﻢُﻛُﺪَﺣَﺃ ﻰَﻟِﺇ ِﻂِﺋﺎَﻐْﻟﺍ ْﺐَﻫْﺬَﻴْﻠَﻓ ُﻪَﻌَﻣ
ٍﺭﺎَﺠْﺣَﺃ ِﺔَﺛَﻼَﺜِﺑ ، ُﺐﻴِﻄَﺘْﺴَﻳ ﺎَﻬَّﻧِﺈَﻓ ، َّﻦِﻬِﺑ ُﻪْﻨَﻋ ﻱِﺰْﺠُﺗ


Dari Aisyah ra bahwa Rasulullah Salallahu 'Alaihi Wasalam bersabda ‘Bila seorang kamu pergi ke WC maka bawalah tiga buah batu karena itu sudah cukup untuk menggantikannya’. (HR. Abu Daud Baihaqi dan Syafi’i)


Perhatikan kata yang digunakan Rasulullah Salallahu 'Alaihi Wasalam, "Bila seorang kamu PERGI ke WC". Menarik untuk dibahas, kenapa beliau Salallahu 'Alaihi Wasalam menggunakan kata "PERGI" dan bukan "masuk"? Jawabnya karena WC di masa beliau itu memang tidak terdapat di dalam rumah seperti di masa kita sekarang ini. 

WC atau tempat buang air besar di masa itu adanya di luar rumah, agak jauh dari pemukiman warga. Karena itu ada istilah "pergi ke WC". Tempatnya sepi dari manusia yang kemungkinan lewat. Oleh karena itu, tempat buang air di masa itu sering diistilahkan dengan al- khala'.

WC Seluas Langit dan Bumi

Kalau WC itu ada di dalam rumah seperti di masa kita sekarang, mungkin kata yang digunakan cuma "masuk ke dalam WC". Dan ternyata WC di masa itu tidak berbentuk bangunan atau kamar mandi, melainkan hanya tempat kosong yang terbuka. Boleh dibilang, beratap langit dan berdindingkan hamparan padang pasir yang luas. Seorang teman mengungkapkan, bahwa luasnya WC di masa Nabi Salallahu 'Alaihi Wasalam adalah seluas langit dan bumi. Bukan apa-apa, karena memang tidak ada dindingnya, alias di padang terbuka.

Dan umumnya masyarakat di masa itu terbiasa buang air di malam hari, karena aurat mereka jadi tertutupi oleh gelap malam. Kalau tidak kepepet, jarang-jarang mereka buang hajat siang hari. Kalau pun terpaksa, maka kadang mereka membuat semacam tirai darurat, sekedar menghalangi pandangan manusia, bila seandainya tidak sengaja lewat dekat orang yang buang hajat. Tetapi yang pasti, tempat itu bukan berupa kamar mandi yang tertutup.

Dan satu hal lagi yang penting, tidak ada kran air apalagi sprayer untuk menyemprot. Juga tidak ada flush untuk menyiram kotoran. Maka untuk istinja' (cebok), digunakanlah tiga buah batu. Ada pun kotorannya, akan sirna kena sinar matahari setiap hari, bahkan akan membatu. Oleh karena itulah kita juga mendapatkan hadits Nabi yang melarang kita bersitinja' dengan menggunakan kotoran.

Kenapa begitu? Barangkali karena setelah bertahun-tahun kotoran itu terkena sinar matahari, akan kering, keras dan membatu. Sampai orang menganggapnya batu, padahal kotoran yang mengering.

Referensi: Facebook Myquran