19 Jul 2012

1453 - Pembebasan Konstantinopel - Bagian 5: Senjata Terkuat

Pada bagian ke-5 entri Pembebasan Konstantinopel ini, dibahas berbagai persiapan Sultan Mehmed II guna menaklukan tembok tangguh Konstantinopel yang selama 1.123 tahun tak pernah jebol. Sultan Mehmed menyiapkan suatu senjata istimewa, senjata terkuat buatan manusia pada jamannya!

The Throat Cutter: Pemotong Selat/Pemotong Tenggorokan


Semenjak Murad wafat, kesenangan Konstantinopel bermula, karena menganggap penggantinya jauh lebih lemah daripada Murad II. Mereka datang kepada Sultan Mehmed II untuk menawarkan pembaruan perjanjian damai, memberikan upeti dan menekan Mehmed II. Khusus Konstantinopel, mereka memanfaatkan Orhan, paman Mehmed yang memberontak, dan meminta suaka di Konstantinopel. Konstantinopel mengumumkan, bahwa Mehmed II harus membayar upeti yang besar, bila tidak Orhan akan mengklaim tahtanya.

Banyak pula ancaman-ancaman lain datang pada Mehmed, menekannya dan memanfaatkan anggapan tentang kelemahan Mehmed II. Mehmed II menanggapi semua itu dengan cantik, dia menandatangani perjanjian damai dengan negara-negara Balkan dan Eropa Barat. Selain itu juga memberikan 300.000 keping perak kepada Konstantinopel untuk 'biaya perawatan' Orhan. Makin jumawa Konstantinopel dibuatnya, sehingga makin tumpul rasa awas mereka terhadap marabahaya yang mengancam hidup. Begitulah Mehmed bekerja, dia menyetujui hampir setiap permintaan negeri-negeri kristen kepadanya, agar musuh menjadi angkuh. Sedangkan akalnya tetap bekerja, berpikir tentang rencana yang terbaik yang hanya diketahuinya, tak boleh bocor keluar.

Mehmed juga berkata tentang prinsip kerahasiaan "Bila selembar janggutku tahu rencanaku, aku akan segera membakarnya". Begitulah Mehmed membiarkan Konstantinopel menggali kuburannya sendiri, dengan keangkuhan yang membakar kewaspadaan mereka. Setelah membereskan semua hubungan luar negeri, Sultan Mehmed lalu berkonsentrasi pada proses penaklukkan Konstantinopel. Dia tahu persis, Konstantinopel adalah kota lautan, maka untuk mengendalikan kota itu, dia harus mengendalikan laut pula. Terutama Selat Bosphorus yang menjadi urat nadi Konstantinopel, bantuan logistik selalu datang tatkala kota terkepung.

Maka mau tidak mau selat ini harus ditutup, bila tidak, maka serangan seperti apapun akan menjadi serangan percuma. Bahkan buyutnya, Beyazid I, telah memikirkan hal ini dengan membangun Anadolu Hisar (Benteng Asia) di sebelah Asia selat itu. Maka Sultan Mehmed berpikir lebih ekstrim, dia menginginkan benteng yang berseberangan dengan benteng buyutnya. Itu berarti bahwa benteng itu akan terletak di wilayah Eropa Selat Bosphorus, berhadapan dengan Anadolu Hisar laksana gerbang. Itu berarti pula memotong urat nadi Konstantinopel dan membunuhnya, karena Mehmed akan menentukan logistik Konstantinopel.

Tatkala rencana ini sampai ke telinga Kaisar Constantine, dia segera melayangkan protes serta ancaman kepada Sultan Mehmed. Dia ingatkan dahulu kala Sultan Beyazid membangun bentengnya meminta izin kaisar laksana "anak meminta izin pada ayahnya". Balasan Mehmed II sederhana dan tegas:

"Bila aku ingin membangun benteng di tempat itu, maka engkau tak dapat menghalangiku"

"Sultan yang sekarang tidak sama seperti sultan-sultan sebelumnya, apa yang tak dapat mereka capai dapat dia capai dalam sekejap".

"Apa yang tak diinginkan oleh sultan-sultan yang lalu, maka dia akan melakukannya dengan cepat"

"Orang berikutnya yang datang dengan tujuan seperti ini (menghentikan pembangunan benteng), takkan pergi dalam keadaan hidup"

Jawaban Mehmed II mencengangkan dunia, kala itu mereka baru mengetahui siapa sosok Sultan Mehmed II dan kekuatan dirinya. Terlambat untuk menyadari itu, semua berjalan cepat. Dalam waktu hanya 4 bulan benteng baru Mehmed berdiri kokoh di tempatnya. Ahli-ahli zaman itu membicarakan bahwa benteng ini, "lebih besar dari benteng lain, namun lebih kecil dari sebuah kota".

Rumelia Hisari (atas) - Anadolu Hisar (bawah) - bagaikan pemotong selat
Rumelia Hisari membentuk karakter Muhammad dalam aksara arab

Dengan 5000 pekerja siang malam, benteng seluas 31,250 m2 itu sekarang mengangkangi Selat Bosphorus bersama Anadolu Hisar. Putus sudah nasib Konstantinopel, bersamaan dengan putusnya Selat Bosphorus melalui benteng baru Sultan Mehmed II. Itu pula alasan orang-orang Utsmani menyebut bentengnya sebagai 'Bogaz Kesen' - Pemotong Selat atau Pemotong Tenggorokan. Nama formalnya adalah Rumelia Hisari (Rumelian Fortress), dengan denah benteng menyerupai Muhammad dalam aksara arab. Dunia membuka mata dan memperhatikan langkah Mehmed II selanjutnya, keseriusannya mewujud dalam bentuk benteng fenomenal. Sesungguhnya itulah perbedaan antara yang serius dan tidak serius, yang serius mewujudkannya dengan akurat dan cepat. Sekarang ancaman itu menjadi nyata, Konstantinopel menyaksikan benteng itu dengan menahan napas karena rasa ngeri. Menanti apalagi kejutan yang akan dilancarkan oleh Mehmed, tipu daya apalagi yang masih disimpan dalam benaknya?


The Super Monstrous Gun


Di ruangan setengah temaram, kertas-kertas berserakan di meja yang diterangi lilin-lilin yang berpendar tanpa desauan angin. Seorang pemuda duduk terpekur, meneliti setiap lembar kertas, menggoreskan kalamnya, tenggelam dalam renungan dan perencanaan. Sejak diangkat pada 1451, Sultan Mehmed II menghabiskan malamnya seperti ini sebelum bertahajud memohon ampun dan tolong. Terkadang ia sendiri, terkadang ia ditemani para panglima, ahli-strategi, ahli-bangunan atau praktisi rancang-bangun perang. Dan saat ini, keresahan Mehmed II makin memuncak, tatkala dia menemukan bahwa dia belum memiliki cara mengatasi satu rintangan.

Tembok Konstantinpel selalu berhasil menghalau siapapun yang berkeinginan menjejak pada kota Konstantinopel. Begitupun langkah kaum Muslim selama ini selalu dapat dijegal oleh tembok yang berusia lebih dari 1000 tahun, tak terkalahkan. Tak dapat temukan cara atasi tembok, berarti tak dapat Konstantinopel, berarti masih ada duri dalam daging, begitu pikirnya. Satu hal yang dapat Mehmed simpulkan, bahwa pertahanan yang baik selalu dikalahkan dengan senjata berat, artileri yang baik. Semakin kuat pertahanan, berarti semakin kuat artileri diperlukan. Namun gerangan apakah artileri yang sepadan dengan tembok itu?

Semua artileri sekelas trebuchet dan catapult bagaikan melempar kerikil pada lautan, lenyap tak berbekas oleh kuatnya tembok. Yang dia yakini bahwa Allah pasti akan membantu kaum mukmin, memberikan jalan keluar dari jalan yang tak diduga-duga. Pucuk dicinta ulam tiba, kala harapan mengkristal, jalan pun terbuka. Satu hari muncul seniman bernama Orban ke depan kaisar. Dia hendak menawarkan rancangan senjata terbaru kepada kaisar Byzantium penguasa Konstantinopel, senjata melebihi zamannya. Namun kaisar Constantine XI meremehkannya karena merasa begitu yakin dengan temboknya, dan tak memiliki cukup material.

Orban pun diminta tinggal di Konstantinopel, diberikan santunan yang cukup agar tak menawarkan senjatanya pada yang lain. Namun seniman senjata tak memiliki ideologi, segera setahun kemudian dia mendatangi Sultan Mehmed II menawarkan rancangannya. Di depan sultan, Orban diberi pertanyaan "Mampukah engkau membuat senjata yang dapat melontarkan peluru raksasa?"

"Seandainya menara Babil ada didepanku, akan kuruntuhkan dengan senjataku" jawabnya yakin "termasuk tembok Konstantinopel!"

Gembira dengan jawaban Orban, Mehmed membayarnya 4x lipat lebih dari kaisar, dan memerintahkan membuat meriam itu secepatnya. Pekerja dikumpulkan, tanur setinggi rumah didirikan untuk melelehkan tembaga, besi, dan campuran lainnya. Cetakan dari lumpur yang dikeraskan dibuat di dalam tanah, kiri-kanannya diperkuat batuan untuk menahan beban meriam. Saat tiba penuangan (casting) pada cetakan, suasana diliputi panas "siapa yang ingin merasakan neraka harus melihatnya". Mehmed mengumpulkan ulama yang memanjatkan doa, "Allah, Allah" begitu ucapan mereka tatkala menyaksikan tembaga berpendar. Seiring dituangkannya cairan merah keemasan pada cetakan, takbir berkumandang dari lisan ulama, mendoakan keberhasilannya.

Setelah beberapa hari meriam itu didinginkan, maka tatkala digali, meriam itu bagaikan kupu-kupu yang keluar dari kepompongnya. Sebuah keajaiban abad pertengahan telah lahir. Hal yang tak pernah terjadi di bumi manapun kini dilakukan oleh kaum Muslim. Rancangan meriam itu tanpa cela. Dengan kaliber 0.7 m, berat 18 ton, panjang 5 meter, ia menembakkan peluru 680 kg sejauh 1,6 km. 3 bulan kemudiam, senjata ini diuji. Dentumannya terdengar sejauh 18 km, memuntahkan peluru yang bersarang 2 m dibawah tanah. Sultan Mehmed merasa puas dengan senjata ini dan memerintahkan Orban membuatnya secara massal, dan menggandakan ukurannya.

Basilica Canon dengan moncong bertuliskan "Tolonglah Ya Allah"

Total dalam waktu satu tahun Orban dapat menyelesaikan 69 meriam, satu berukuran 5 m, satu lagi 8 m dan yang lain ukuran standar. Tak ada kata-kata yang tepat untuk menamakan meriam ini, yang dunia tahu bahwa ini model yang terbesar pada zamannya. Kelak tatkala militer Konstantinopel melihatnya, mereka akan menamakannya "meriam penebar horor" dan "meriam monster". Atau lebih mudah dikenal dengan nama "Muhammad's Greats Gun" atau "Basilica Canon", apapun yang mewakilkan kekuatannya. Saat berita ini menyebar di Konstantinopel, panik melanda mereka, saat itu mereka betul-betul menyadari telah meremehkan Mehmed. Menunggu meriam ini dikerek ke depan tembok Konstantinopel dan menggedor keangkuhan tembok dan kedzaliman peradaban mereka. Semua ini akan terjadi dalam waktu yang sangat dekat.


The Siege Will Begin


Saat itu matahari sudah mulai menyinari tanah kaum Muslim, memberikan kehangatan yang mengusir sisa sentuhan musim dingin. Januari 1453, 2 tahun telah dilalui semenjak Mehmed II diangkat menjadi sultan Ustmani menggantikan Murad II ayahnya. Waktu telah menunjukkan hampir tengah malam, dan Sultan Mehmed masih saja gelisah di peraduannya, seolah menanti sesuatu. Benaknya dipenuhi dengan sejumlah strategi dan taktik yang mengganjal matanya tetap terbuka, serta akalnya agar terus berputar. Bersamaaan dengan semua itu, Mehmed II juga harus menyelesaikan kerikil kecil yang berpotensi menjadi longsor internal.

Devil always lies in detail, begitupun secara internal. Mehmed harus memastikan kondisi Utsmani siap 100% secara internal. Ketika pintu diketuk, tampaklah didepan Mehmed penasehat senior yang telah mengabdi sejak zaman Murad II, Halil Pasha. Candarli Halil Pasha, begitu gelar lengkapnya adalah wazir sultan, shadrul a'zam, orang kedua terkuat setelah sultan Utsmani. Namun sayang akhir-akhir ini Halil lebih cenderung pada 'nasehat dan masukan' dari orang-orang Yunani ketimbang sultannya sendiri. Pada masa akhir hidupnya, ia lebih memilih untuk membentuk pakta perdamaian dengan Konstantinopel, tak peduli mudharatnya.

Koin mas Byzantium

Halil menutup diri pada pengkhianatan yang menjadi ciri kaum tak beriman, dan membiarkan Konstantinopel bagai duri dalam daging. Wajarlah beberapa pihak meragukan kesetiaan Halil pada Mehmed, beberapa bahkan dapat menunjukkan bahwa Halil telah dibeli. "Emas dan Perak Yunani telah membutakan matanya" begitu ucapan umum tentang Halil, sebuah cara konvensional Iblis menggoda. Bertambahlah bukti-bukti saat Halil selalu menjadi orang yang pertama dalam menentang rencana Mehmed mengepung Konstantinopel. Begitu pula tengah malam itu. Halil masuk ke ruang pribadi sultan, ditangannya tergenggam secawan penuh emas berkilauan.

Keheranan memenuhi raut wajah Sultan Mehmed yang terpaut usia puluhan tahun darinya, lalu bertanya "Apakah ini wahai guruku?"

"Sudah biasa bagi wazir memberikan pemberian pada Sultan saat dipanggil pada waktu yang tak biasa" Halil berkilah. Mehmed II meringis, hatinya bergejolak dengan pemandangan seperti itu, dengan penuh kegeraman ia berkata pada Halil.

"Aku tak menginginkan hadiah itu, hanya satu yang aku inginkan - Berikan Konstantinopel kepadaku!"

Ucapan Mehmed bagaikan petir membelah, menggelegar dalam hati Halil. Sebelum Halil dapat membantah, Mehmed berkata kemudian,

"Tuhan yang memberikan kita begitu luas wilayah Romawi takkan ingkar janji-Nya akan sisa wilayah Romawi dan ibukotanya!"

"Wahai guruku, apa engkau tidak lihat tempat tidurku? Dalam keresahanku aku menarik satu bagian darinya kemudian yang lain"


"Tidakkah engkau lihat bahwa aku bangkit dan berbaring terus-menerus tanpa rasa kantuk dapat singgah pada kedua mataku!"

"Berhati-hatilah engkau pada emas dan perak orang-orang Romawi (Byzantium) karena pasukan kita jauh lebih kuat."

"Dengan pertolongan Allah serta bisyarah Nabi, kita akan membebaskan Konstantinopel dalam waktu dekat!" tegas Sultan Mehmed.

Halil diam, dia tahu tak ada gunanya membantah, tatapan yakin Sultan Mehmed telah menyanderanya sejak awal dia berada disana. Gerakan persiapan Mehmed setelahnya berlangsung cepat, perlakuannya pada Halil menemui hasil yang diharapkannya. Selanjutnya dalam forum-forum terbuka, Halil lebih banyak mendiamkan rencana Mehmed mengepung Konstantinopel dalam masa dekat. Ulama-ulama berada di pihak Mehmed karena kedua gurunya Ahmad Kurani dan Aaq Syamsuddin mendukung penuh rencananya. Demikian pula militer yang telah dibentuknya dibawah komando Zaganos Pasha, menunjukkan loyalitas seperti yang diharapkan.

Hampir setiap malam Mehmed juga keluar dari kediamannya untuk membaur dengan masyarakat dan militer dalam penyamaran. Meneliti dengan baik jika saja ada militer atau masyarakat yang tak mau menaati hukum syariat Allah penentu kemenangan. Bagi Mehmed II, persiapan militer dan kekuatan fisik hanyalah pelengkap dasar takwa yang dipicu oleh keimanan pada Allah. Dan begitulah ketika Mehmed II memanggil pasukan Muslim dari seluruh penjuru kesultanan Utsmani ke kota Adrianopel.

"Dengan kecepatan yang luar biasa pasukan semua berkumpul, seolah diundang ke pesta pernikahan bukan undangan perang"

"Laki-laki yang tertinggal di rumah merasa berdosa, seolah-olah ketidakadilan diperbuat pada mereka"

"Mereka meyakini bahwa mati di tombak atau panah musuh di medan perang jauh lebih baik daripada mati di rumah mereka"

"Mereka yang mati ketika itu tidak akan dikasihani melainkan dihormati laksana pemenang, dan dijadikan tauladan bagi lainnya"

Begitu laporan pandangan mata dari George, seorang tahanan dari Hungaria yang menyaksikan persiapan pasukan ini. Mereka semua berlomba mengharapkan bisyarah Rasulullah sebagai pasukan terbaik penakluk Konstantinopel. Bahkan berkumpul diantara mereka anak-anak yang terlalu kecil untuk angkat senjata atau orang tua yangg terlalu bungkuk untuk berperang. Ketika mereka mengitung jumlah mereka semua, mereka dapatkan angka lebih dari 250.000 orang.


Bersambung.....