Hari Jumat ini (23/03/2012) hari raya Nyepi di Bali bersamaan dengan sholat Jumat. Umat muslim dan Hindu bersepakat untuk menghormati kepercayaan masing-masing. Umat muslim menyadari mereka adalah minoritas karena itu, mereka menghormati permintaan umat Hindu agar pengeras suara disetel ke arah dalam masjid bukan ke arah luar masjid. Tak hanya itu umat muslim juga tidak menggunakan kendaraan bermotor untuk menuju masjid.
MUI Bali juga meminta umat muslim untuk mengabaikan dulu paham mazhab Syafi'i yang mensyaratkan sholat jumat minimal memilki 40 orang jamaah yang ikut serta. Sebab banyak jamaah kesulitan mendapatkan masjid yang dekat dengan lokasi mereka. Sebagai contoh sholat Jumat di Sanur hanya diikuti oleh 23 orang yang kebanyakan adalah karyawan dan tamu hotel.
Hikmah Untuk Kaum Muslimin
Pengeras Suara
Peristiwa ini memberikan hikmah yang baik terhadap kaum muslim yang pada jaman keruntuhan umat ini senang sekali bersikap berlebih-lebihan. Misalnya masjid gemar menggunakan pengeras suara berlebihan yang membuat "tetangga masjid" terganggu. Bagaimana tidak bahkan di komplek tempat tinggal R10 misalnya ada setidaknya 5 masjid dalam radius kurang dari 1 kilometer. Bisa dibayangkan bila masjid-masjid tersebut berlomba-lomba mengeraskan speakernya. Umat jadi terganggu dengan suara bising. Karena suara speaker masjid A terdengar di Masjid B, C, D, E yang sedang melakukan aktivitas ibadah pula.
“Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallamberi’tikaf di dalam masjid, beliau mendengar para shahabat membaca al-Qur’an dengan suara keras, maka beliau bersabda, “Ketahuilah sesungguhnya masing-masing dari kalian sedang bermunajat kepada Rabbnya, maka janganlah sebagian dari kalian mengganggu yang lain, dan janganlah sebagian mengeraskan suara di atas yang lain dalam membaca al-Qur’an, atau beliau bersabda, “di dalam shalat.” (HR.Ahmad dan Abu Dawud).
Syaikhul Islam berkata, “Tidak boleh bagi siapa pun mengeraskan suara ketika membaca baik di dalam shalat maupun di luar shalat, terutama ketika di dalam masjid karena hal itu dapat mengganggu orang lain.” Dan ketika ditanya tentang mengeraskan bacaan al-Qur’an di dalam masjid, beliau menjawab, “Segala perbuatan yang bisa mengganggu orang yang berada di dalam masjid atau yang mengarah pada perbuatan itu maka hal itu terlarang, wallahu a’lam." ( al-Fatawa 23/61).
Berjalan Kaki
Umat muslim sekarang ini juga gemar menggunakan kendaraan bermotor untuk pergi ke masjid. Padahal Rasulullah telah mengajarkan umatnya untuk berjalan kaki ke masjid.
“Barangsiapa yang bersuci dari rumahnya kemudian berjalan ke salah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid) untuk menunaikan salah satu dari kewajiban-kewajiban yang Allah wajibkan, maka kedua langkahnya salah satunya akan menghapus dosa dan langkah yang lainnya akan mengangkat derajat.” (HR. Muslim no. 1553).
Bahkan ketika bani Salamah ingin memindahkan rumah mereka agar dekat dengan masjid, Rasul menganjurkan untuk tetap berjalan kaki.
Nabi bersabda, "Wahai Bani Salamah, tetaplah di tempat kalian, karena setiap langkah kaki kalian ke masjid dicatat satu pahala." Selain itu, orang yang shalat berjamaah di masjid masih mendapat bonus pahala, yaitu setiap langkah kakinya ke masjid dapat menghapus satu kesalahan. Bahkan, selama menunggu datangnya shalat, dia tetap memperoleh pahala shalat. Setelah itu, selesai shalat, selama ia berada di masjid dan belum batal wudhu, para malaikat berdoa untuknya, "Ya Allah, berkahilah dia. YaAllah, rahmatilah dia." (Muttafaqun 'alaih).
Penutup
Teknologi membuat manusia bersikap berlebih-lebihan. Umat muslim menjadi manja. Pengeras suara diatur keras-keras dan pergi ke masjid suka naik kendaraan bermotor. Tanpa itu umat malas untuk sholat di masjid.
Namun tanpa teknologi justru umat lebih dapat mengikuti sunah rasul seperti pada kasus hari raya Nyepi yang bersamaan dengan sholat jumat.
Photo credit: Kompas
Yang payah emang banyaknya Masjid dalam satu desa, yang mana dalam madzhab syafiì menyangkut shalat jum'at dalam Kitab UM adanya shalat muaddah untuk menanggulangi banyaknya masjid.
BalasHapusKalau di Desa-desa yang 'pinter' Masjidnya cuman satu, musholanya yang ratusan banyaknya. Kayak di desa istri Saya. Hehehe
banyak masjid dalam satu wilayah membingungkan dan memecah belah umat
Hapusini sangat cocok dengan kondisi sekarang...sependapat dengan jangan berlebihan dalam beragama..
BalasHapussharusnya memang demikian, jangan berlebihan dalam beribadah
Hapussemakin bangga rasanya jadi umat muslim, sy jg jarang bawa kendaraan bermotor, terutama ke mesjid, soalnya mesjidnya cuma beberapa langkah wkwkwk
BalasHapusaku juga mencoba membiasakan untuk brjalan kaki ke masjid :)
Hapus:) sangat menyukai ini .. mari tumbuhkan sikap saling menghormati..
BalasHapusInsyaAlloh makmur .. :)
salaing menghormati tanpa melampui batas tentunya :)
Hapus^_^
BalasHapusmoga peristiwa ini juga menginspirasi muslim yang lain
BalasHapusmudah-mudahan :)
HapusIndahnya kalau bisa rukun berdampingan, menghargai dan menghormati satu sama lain.
BalasHapusrukun memang menyenangkan :)
Hapusya memang harusnya seperti itu, saya juga setuju. Bisa lebih menjadikan citra umat muslim lebih baik juga. :)
BalasHapusbenar, umat muslim seharusnya memang jangan berlebih-lebihan
Hapusrukun ya disana ^____^
BalasHapusiyah sih anak2 disini jg mengandalkan pengeras suara masjid jadi klo udah denger azan lari deh mereka ke masjid :P
pengeras suara memang memiliki manfaat, tapi jangan digunakan melampui batas
Hapuswah serba repot juga, tp ttp saling menghormati ya
BalasHapusterlihat repot sih tapi kan jaman dulu umat muslim sudah terbiasa sholat dgn berjalan kaki dan tanpa pengeras suara
Hapusindah ya
BalasHapuskalo semuanya bisa hidup berdampingan dan saling menghormati...
menyenangkan sekali
benar mbak, kalau saling menghormati kan enak ga perlu ribut
Hapussaling menghormati ya. sebenarnya ada ketentuan khusus mengenai pengeras suara atau tidak ya dalam mesjid? misalnya brapa kencang pengeras suara harus terdengar
BalasHapusga ada ketentuan secara khusus kalau di Indonesia, kalau di arab saudi suara speaker terlalu keras bisa disita
HapusBhinneka Tunggal Ika itu masih ada & akan selalu ada kagak cuma di Bali tapi disemua tempat yg ada di Bumi Pertiwi ini
BalasHapusseharusnya sikap saling menghormati tidak mengenal batas wilayah :)
HapusDimana pun berada, ajaran Islam selalu bisa membuat umatnya menjadi lebih baik..
BalasHapusBahkan disarang musuh pun jika masih selalu mengingat Allah seakan berada dirumah sendiri :)
bumi ini milik Allah, Allah menyukai orang2 yang tidak melampui batas :)
HapusBisa disimpulkan, idup di bali riweh (ribet)
BalasHapussebnarnya ga ribet sih kalau umat muslim tidak tergantung pada teknologi
Hapuswah bagus ya :D aku baru tahu kalau kemarin itu Nyepi :P
BalasHapuswah tiara kesyikan naik gunung sampai lupa nyepi --a
HapusPerkembangan teknologi memang mempunyai dua sisi yg berbeda, dan demikianlah hukum alam yg selalu berpasangan. Salut untuk penerapan asas toleransi antara umat Islam dan Hindu di Bali, semoga bisa selalu demikian "agamamu agamamu dan agamaku adalah agamaku"
BalasHapuskalau damai memang menyenangkan, toleransi tanpa melampui batas :)
Hapuswah ada hikmahnya juga ya, iya kadang kuran mantep kalau solat jumata tidak ada 40 orang, ternyata sudah di suport ma MUI. jadi tambah yakin mereka dah..
BalasHapusmemang agak aneh sholat jumat kurang dari 40 oarang
Hapuswah jadi ada hikmahnya ya, jadi saling mengargai.. ditambah penjelasan si agan. jadi lebih mengerti saling menghargai. tenkyu gan..
BalasHapusmemang sebaiknya kita saling menghormati antar umat beragama tanpa melampui batas tentunya
HapusHemmm AMbil Sisi positifnya saja, jangan sampai ini menjadi salah paham :)
BalasHapusbetul gan, tanpa pengeras dan kendaraan bermotor umat muslim juga dapat bribadah kok :)
Hapusmemang seharusnya Indonesia seperti ini. toleransi dijunjung tinggi :D
BalasHapusbetul gan, toleransi perlu, tapi jgn kebabalasan aja :D
Hapusmemang seharusnya kita bisa menghormati sesama umat walau berbeda agama.
BalasHapusiya, sikap menghormati tanpa melampui batas tentunya :)
Hapus+ sejuta.. memang yang berlebihan itu tidak baik bahkan Allah tidak menyukainya.. saya pun pernah agak malu ketika teman saya yang noni mengeluh tentang pengajian di waktu subuh, setahu saya dulu di jaman Rasulullah tidak ada pengajian seperti itu, menunggu adzan subuh memang diisi dengan ibadah tapi sifatnya masing-masing.. semoga toleransi beragama seperti di Bali terus terjaga
BalasHapusmemang sekarang kebablasan pakai pengeras suara, padahal tiap2 jamaah punya kesibukan masing2 (mungkin sedang doa, sholat, ngaji, dll)
Hapusseharusnya toleran
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapussebaiknya umat tak perlu berlebih-lebihan dalam beribadah/menggunakan tknologi bukan
Hapussama-sama gan :)
BalasHapusindahnya kerukunan...
BalasHapus:)