9 Feb 2015

Jagalah Kerendahan Hati Dalam Berdakwah

Alhamdulillah, wa sholatu wa salamu al rasulillah, Assalamualaikum pembaca Catatan R10. Hari ini R10 akan mengkaji video Quran Weekly dari ustadz Nouman Ali Khan. 






Kajian ini ditujukan untuk mereka yang senang berdebat dalam masalah agama. Dalam surat Yusuf ayat ke-76 Allah berfirman:


وَفَوْقَ كُلِّ ذِي عِلْمٍ عَلِيمٌ


"..wa fawqa kulli dzii ilmin aliim"

but  over  every  possessor  of  knowledge  is  one  [more] knowing.

di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui.

Tentu yang dimaksud dengan yang Maha Mengetahui adalah Allah subhanallah wa ta'ala.


Fenomena Di Sosial Media: Sesama Muslim Bermusuhan



Di sosial media ini dapat dengan mudah terlihat perdebatan tentang agama Islam. Anda (sesama muslim) berdebat hingga saling memusuhi. Anda mengira lawan debat tidak tahu ayat, hadits, bukti ataupun perkataan ulama.  

Dengan modal "ilmu" yang dimiliki, anda menyerang lawan debat agar mereka kalah. Seakan akan selama ini ilmu yang anda pelajari bertujuan untuk mengalahkan lawan debat.

Intinya, ilmu yang anda peroleh selama ini tidak menambah kerendah-hatian diri. Perilaku anda justru layaknya orang yang tak beriman.

Kalau anda melihat pemakaian nama gelar di depan nama seperti, Doktor, PhD, Profesor. Ini untuk menunjukkan ke anda bila orang tersebut lebih berpengetahuan di bidangnya. 

Namun untuk ilmu agama seharusnya berbeda. Semakin banyak ilmu agama yang dimiliki harus disikapi dengan kerendah-hatian. Janganlah karena memiliki ilmu agama yang lebih baik digunakan untuk menghakimi orang lain.

Pertama

Mengatakan muslim lainnya menyimpang, ulama itu salah, dia sesat. Berapa banyak anda belajar dibandingkan dengan lawan debat anda. Sampai-sampai anda berkata seperti itu? Ini tidak hanya tentang mereka tetapi juga tentang imam atau tetua di lingkungan tempat tinggal anda.

Anda boleh tidak setuju dengan mereka, namun harus menyadari bahwa tidak berada dalam posisi dapat memberikan fatwa untuk mereka. Hanya karena membaca terjemahan hadits Bukhari bukan berarti anda paham hadits. Lalu kemudian berani mengajak debat orang lain.

Kedua

Anda membaca terjemahan hadits namun tidak paham bahasa Arab. Seorang pelajar datang kepada Imam Syafi'i rahimahullah dan ingin belajar hadits. Perbincangan ini memakai bahasa Arab tentunya. 

Imam Syafi'i Rahimahullah berkata, "Innama akhsya allaya tholibal ilm.." hal yang paling kutakutkan dari pelajar ilmu. "Alladzi lam ya ta ala minnahwa." seseorang yang bahkan tidak belajar ilmu kalimat yang benar, pemahaman yang mendalam atas susunan bahasa.

Yang mengatakan hal ini adalah Imam Syafi'i Rahimahullah yang menghabiskan 1/3 hartanya untuk belajar bahasa Arab. Dan 2/3 untuk belajar hadits. Pada akhirnya Imam Syafi'i Rahimahullah berkata, "Saya berharap menghabiskan 2/3 harta saya yang saya gunakan belajar hadits untuk belajar bahasa Arab."

Imam Syafi'i Rahimahullah sangat memberi perhatian akan pentingnya belajar bahasa Arab. Hanya karena anda mengikuti kursus belajar bahasa Arab dan juga belajar tata bahasanya, bukan berarti anda memiliki kualifikasi mengomentari hadits.

Mempelajari hadits merupakan tugas muhadditsin (ulama hadits) dan ulama, hanya mereka yang memiliki kualifikasi menilai hadits. Rendah dirilah terhadap orang-orang yang berpengetahuan.

"Fas-aloo ahladzikriin.." bertanyalah kepada orang-orang yang mempunyai pengetahuan.(orang-orang berilmu) " ..in kuntum la taAAlamoon" jika kamu tidak mengetahui.

Ketiga

Imam Syafi'i mengatakan, "Saya mengkhawatirkan para pelajar yang tidak belajar bahasa Arab secara mendalam..." Belajar bahasa Arab merupakan salah satu syarat mempelajari sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Bahasa Arab baru satu dari sekian banyak syarat. Imam Syafi'i berkata, "Bahkan khusus bahasa Arab jika kamu tidak melaksanakannya. Saya khawatir jika saya mengajarkan hadits kepadamu dan kamu menjadi korban akan peringatan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam",


"Barang siapa yang berbohong dengan sengaja atas namaku, hendaknya dia siapkan tempat duduknya dari api neraka." 


Keempat

Saat ini mencari hadits sangat mudah melalui Google. Namun Google tidak memberikan ilmu hadits yang mendetil. Anda jadi tidak mengetahui tentang syarh sebuah hadits, tidak tahu sejarah konteksnya. Tanpa ilmu hadits yang mencukupi apakah anda merasa pantas bicara atas nama sunnah?

Ini adalah perilaku yang congkak, ini bukan pengabdian kepada agama. Sebagai anak muda, anda memandang dunia ini tampaknya hanya hitam putih. 


"Bagaimana orang lain bisa tidak setuju denganku?""Aku tahu segalanya.."


Ketika usia bertambah, mudah-mudahan semakin dewasa dan sadar. Kebodohan yang dilakukan saat masih muda. Jika anda pikir pantas berdebat dengan seseorang, pikirkanlah kembali. Semua ilmu pengetahuan tentang agama ini terdapat prasyarat yang belum anda miliki (atau belum anda miliki).

Bila anda serius belajar agama, maka seriuslah untuk belajar. Jika anda belajar dengan tujuan untuk mendebat orang lain, cek diri anda. Karena anda bisa menyembunyikan hal ini dari orang lain. Tetapi tidak bisa menyembunyikan rasa congkak anda dari Allah.

Apabila anda memiliki ego, ego itu membuat anda congkak dalam berpengetahuan. Anda belajar agama untuk mendebat orang lain dan merendahkannya.

Terakhir

Jangan berbicara tentang ulama-ulama lain, jangan bicara tentang mereka. Ketika anda tidak setuju dengan apa yang mereka katakan. Orang-orang yang berilmu tetap mendoakan mereka (walau berbeda pendapat).

Ini karena mereka tidak tahu dimana status mereka dihadapan Allah. Anda tidak tahu status mereka (ulama-ulama) di hadapan Allah. Dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan mereka yang telah Allah ampuni. Bahkan anda tidak tahu kesalahan-kesalahan apa yang mereka miliki. Anda hanya berpikir mereka salah.

Allah ingin kita rendah hati dihadapan orang-orang beriman. 

Penutup

Semoga Allah menjadikan kita orang yang rendah hati dalam berpengetahuan. Semoga Allah memberikan kita, para ulama kita, kemampuan untuk mengajarkan kerendah hatian itu kepada orang-orang. Semoga Allah menjadikan kita ikhlas, orang yang menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh dan belajar untuk tahu kapan kita harus diam, kapan kita harus menjaga lidah dan untuk rendah hati, dan yang terpenting rendah hati akan agama Islam.

Barakallahu li walakum. Wassalamualikum warahmatullah.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah yang baik dan sopan serta tidak mengandung link terlarang. FYI terhitung sejak 27 Mei 2014 R10 membuka kembali kotak komentar setelah bersih-bersih blog dengan menghapus 1000 lebih posting menjadi hanya sekitar kurang dari 300 pos.

Ini karena R10 ingin blog ini bersih dan hanya posting hal yang dirasa bermanfaat.

Mohon maaf bila tak semua blog R10 kunjung balik. Sesempat waktu yang dimiliki saja.

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.